Harga Timah Naik Karena Pasokan Mulai Menipis

Harga Timah Naik lagi karena pasokan menipis….

JAKARTA. Produsen timah dalam negeri akhirnya sudah bisa tersenyum lega. Setelah sempat anjlok di level US$ 17.000 per ton pada Juli dan Agustus lalu, harga timah di pasar internasional mulai kembali menanjak menjadi US$ 21.200 per ton. Bahkan, harganya diproyeksikan bakal terus menguat lantaran produksi timah di Tanah Air diperkirakan akan turun.

Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk (TINS) mengatakan, harga timah kembali menguat lantaran pasokan produk tersebut sudah mulai menipis. “Saat lebaran bulan lalu, para produsen menghentikan sementara produksi, dan membuat pasokan menipis. Akhirnya, sekarang ini harganya mulai terdongkrak naik,” jelas Agung , Senin (17/9).

Selain menipisnya pasokan, naiknya harga minyak mentah dunia serta komoditas mineral lainnya juga turut andil mengangkat harga timah. Di lain pihak, pada Juli dan Agustus lalu, menurut Agung, permintaan timah dari Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa masih relatif stabil dibanding bulan sebelumnya.

Agung bilang, meningkatnya harga timah tersebut, tentunya membuat PT Timah kembali melakukan aktivitas perdagangan spot yang sempat dihentikan pada dua bulan belakangan. “Penjualan spot kami tunda karena harga ketika itu di bawah ongkos produksi. Sekarang, setelah naik lebih dari US$ 20.000 per ton, kami kembali melakukan penjualan di pasar spot,” ujar dia.

Selain perdagangan spot, perusahaan pelat merah tersebut juga melakukan aktivitas perdagangan kontrak. Di mana, dari 33.000 ton timah yang dipasarkan PT Timah, sebanyak 70% dilepas lewat perdagangan kontrak, sedangkan sisanya di jual di dalam perdagangan spot.

Menurutnya, harga timah berpotensi terus menguat lantaran belum seluruh produsen di dalam negeri telah memulai kegiatan penambangan. Pada Agustus lalu, sebanyak 24 dari 28 smelter timah di Bangka Belitung menghentikan kegiatan operasionalnya setelah harga timah di semester I-2012 merosot drastis hingga
US$ 17.000 per ton.

Dengan demikian, ia bilang, pada semester-II 2012 ini harga timah diproyeksikan dapat menguat menjadi US$ 23.000 hingga US$ 24.000 per ton. “Semester-I 2011 lalu harga timah sangat tinggi, lalu merosot di semester selanjutnya. Sedangkan pada tahun ini akan berbanding terbalik, di semester I harga rendah dan selanjutnya akan terus meningkat,” ujarnya.

Hidayat Arsani, Ketua Asosiasi Tambang Timah Indonesia (ATTI), mengatakan, meningkatnya harga timah di pasar global tentunya melegakan para produsen timah bisa

kembali menambang timah. “Harganya saat ini cukup baik, namun kami sangat menginginkan harganya bisa mencapai US$ 23.000 per ton,” kata dia.

Kembali menambang

Harga timah yang terus membaik, menurut Hidayat, karena saat ini baru 70% dari 28 smelter timah yang ada di Bangka Belitung telah kembali aktif melakukan peleburan timah. Sementara, sebagian kecil produsen masih kesulitan keuangan setelah pada semester sebelumnya mengalami kerugian karena rendahnya harga jual. Hidayat menghitung, kerugian yang diderita para pengusaha timah anggota ATTI mencapai total Rp 50 miliar.

Ia mengatakan, belum sepenuhnya smelter timah beroperasi, tentunya akan berpotensi menggerus produksi timah ATTI pada tahun ini. “Kami perkirakan, produksi tahun ini akan turun 30% dibandingkan dengan produksi tahun tahun lalu sebesar 40.000 ton,” imbuhnya.

Sumber : http://industri.kontan.co.id

Diterbitkan oleh beritabangka

Media Online Untuk sarana penyebaran informasi dan edukasi bagi masyarakat.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.